kepercayaan yang keliru

Para dewa juga memberikan tuntunan kepada manusia yang hati dan perbuatannya condong pada sifat-sifat dewa. Tuntunn dari pada dewa ini tidak membawa manusia ke Pangkuan Hidup Yang Sejati, melainkan menuntun para pengikutnya ke alam kedewataan yang masih dapat rusak.
Tuntunan dari Sang Suksma Sejati, Kristus, Nur Muhammad berintikan Pahugeran Sang Suksma Kawekas pada Umat-Nya, yakni inti sari dari syahadat. Tuntunan dari para dewa tidak memberikan pelajaran tentang Suksma yang Sejati dalam alam sejati, tidak berdasarkan tauhid.
Para dewa mendasarkan pelajarannya ada kekuatan-kekuatan unsur yang menjadi perbekalan dunia raya dan badan jasmani manusia ini.
Jiwanya yang Sejati dari manusia tidak di singgung-singgung dalam pelajaran para dewa.Mereka menyebut kekuatan dasar dari unsur suasana sebagai dasar kekuatan jiwa dari manusia. Jadi ilmu yang dibawakan para dewa berputar pada kekuatan-kekuatan unsur yang halus-halus.
Memang soal ini masih banyak yang belum diketahui oleh umat manusia, dan para manusia mudah terpesona dan terpikat karenanya. Tetapi pelajaran para dewa mengorbankan setinggi langit kedaulatan Aku dari manusia dan ini membawa dan mengakibatkan kepercayaan yang keliru dan kotor, dan sering menyebabkan orang yang bersangkutan jatuh sakit jiwa.
Ref. Buku Ulasan Kang Kelana, hal 99
Prof. DR. R. Soemantri Hardjoprakoso